Ujian Praktek Bahasa Indonesia Cerita Inspiratif



Gagal Pembawa Keberhasilan


Pada zaman dahulu, hiduplah seekor ulat kecil. Dia ulat yang lincah, ramah, dan disukai oleh para hewan lainnya. Sayangnya, kekurangannya hanya satu, dia tidak pandai memanjat pohon. Itu bukan salah dirinya sepenuhnya, tapi karena ulat tersebut mewarisi gen keluarganya yang tidak pandai memanjat pohon.


Suatu hari, ketika dirinya sedang berkelana di hutan, ia menemukan sebuah pohon apel yang sedang berbuah lebat. Di batang-batang pohonnya bergelantungan buah apel masak yang berwarna merah terang. Sungguh sangat menggiurkan siapapun yang melihatnya, termasuk ulat kecil itu.


“Wah, apelnya terlihat enak sekali. Aku belum pernah melihat ada apel yang seperti ini.” Ucap ulat kecil terkagum-kagum.


Namun, ulat kecil itu sedari tadi hanya diam saja. Dia tidak beranjak untuk mulai memanjat pohon apel tersebut.


“Eh, tapi aku akan mengambil apel itu dengan apa? Aku ‘kan tidak pandai memanjat pohon.” Sadar ulat kecil kemudian.


“Halah, tidak apa-apa. Meski aku tidak pandai, bukan berarti aku tidak bisa memanjat pohon. Aku coba saja dulu.” Ulat kecil beranjak maju menuju pohon, namun sekejap dirinya kembali diam.


“Tapi, memangnya aku akan bisa memakan apel itu jika aku memanjatnya? Gimana kalau aku malah terjatuh di tengah-tengah perjalanan memanjat?” Wajah ulat kecil terlihat mengkerut, dia sedang berdebat dengan dirinya sendiri.


“Aku kan belum coba, ya nggak bakal tahu nanti jatuh atau nggak.” Ulat kecil mencoba menyemangati dirinya sendiri.


“Tapi kalau beneran jatuh gimana? Sia-sia dong aku berusaha manjat padahal dari awal aku sendiri udah nggak pandai memanjat pohon.” Si ulat kecil kembali berpikiran buruk, dirinya terlalu takut jika dia gagal di pertengahan jalan.


“Kalau di tengah-tengah nanti aku jatuh, ya nggak papa. Kan bisa manjat ulang lagi. Setidaknya aku kan udah mencoba.” Ulat kecil kembali mengelak pikiran-pikiran negatif yang muncul di kepalanya.

Dia memberanikan dirinya menuju ke bawah pohon apel. Menyemangati dirinya berkali-kali bahwa tidak apa-apa jika jatuh, karena nanti dia bisa mengulang memanjat lagi. Sesampainya di sana, ulat kecil kembali ragu. Dia ingin kembali saja. Tapi, bayang-bayang merasakan buah apel yang sangat menggiurkan itu juga tak kalah besar dari rasa ragunya.

Sekali, dua kali, tiga kali, ulat kecil itu tetap mencoba memanjat pohon apel meski telah jatuh berkali-kali. Hingga akhirnya dipercobaannya yang ke tujuh puluh tiga kalinya, ia bisa mencapai bagian tengah pohon apel tersebut. Dirinya berjalan perlahan, takut-takut akan terjatuh lagi ketika hampir sampai di puncak pohon.

Perlahan tapi pasti, ulat kecil kini sudah sampai di batang pohon apel yang banyak sekali buah apel menggantung di dahannya. Namun, tiba-tiba, ketika dia akan melakukan gigitan pertama pada buah apel di dekatnya, angin berhembus sangat kencang. Hembusan angin itu menyeret ulat kecil terbang menjauh bersama puluhan buah apel yang sudah matang.

Ulat kecil itu terlempar jauh sekali dari pohon apel tadi. Dirinya menyesal kenapa tadi harus sibuk bersusah-payah berusaha pada hal yang tidak pasti akan menjadi miliknya.

“Kenapa pula aku tadi susah-susah memanjat pohon kalau akhirnya aku malah terbawa angin menuju tempat ini.” Gerutu ulat kecil sambil melihat sekitarnya.

Namun, hei, lihatlah, di sekitarnya bukanlah pohon-pohon yang tinggi menjulang ataupun semak-belukar. Tapi berserakan berpuluh-puluh buah apel yang ikut terseret angin kencang tadi. Ulat kecil terkejut, lanjut tertawa gembira. Dirinya akhirnya menyadari bahwa apa yang dilakukannya tidaklah sia-sia. Buktinya, yang awalnya tadi ia hanya berniat untuk memakan sebuah apel matang, kini malah dipersilahkan makan berpuluh-puluh apel matang tanpa diminta. Ditambah, berkat ulat kecil yang berusaha untuk memanjat pohon apel, kini dia menjadi sangat ahli dalam memanjat pohon. Berbanding terbalik dengan dirinya yang dulu.

Ulat kecil seumpama manusia dan buah apel seumpama cita-cita kita. Kita semua sama, kita semua manusia. Kita juga sama-sama diberi kesempatan untuk bermimpi. Diberi kesempatan untuk mengejar cita-cita. Apakah kita akan mencoba untuk merealisasikan mimpi kita atau tidak, itu semua tergantung kita.

Seperti ulat kecil yang tetap mencoba untuk memanjat pohon apel dan memakan buahnya walau tidak pernah tahu akankah dia bisa mencapai puncak pohon apel itu, maka kita juga harus tetap mencoba mengejar cita-cita kita, meski kita tidak tahu apakah cita-cita itu akan tercapai. Karena sesungguhnya, gagal saat mencoba lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali. Sebab dikemudian hari nanti pasti akan ada hasilnya. Entah sesuai dengan yang kita inginkan, atau yang lain tapi lebih bermanfaat dari yang kita inginkan.


Fida Nashifah D. I.
9A/12

Komentar